Diberdayakan oleh Blogger.
 
Tampilkan postingan dengan label Cerita Hot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Hot. Tampilkan semua postingan
Rabu, 23 Mei 2012

SEHABIS MERAKIT KOMPUTER LANGSUNG KURAKIT PEMILIK BARUNYA

3 komentar



Cerita dewasa ini bermula dari sebuah komputer rakitan. Ria adalah clientku yang suka ngambil komputer di aku.Karena setelah berbincang-bincang lama dengannya, ternyata ia belum mahir komputer akhirnya akupun menawarkan jasa les komputer gratis kepada dia. Nah ini dia yang akan mengawali dan terus menjadi sebuah cerita cerita dewasa buat kamu-kamu.
Namaku Fiko. Ini cerita kedua yang aku kirim. Kali ini aku akan bercerita tentang affairku dengan teman sekantor. Sebut saja namanya Ria, 35th, 165cm, 60kg, 34B. Orangnya santai, periang namun kata temen2ku dia agak sedikit judes. Aku baru sekitar 2 tahun bekerja sekantor dengan dia, sementara dia telah 4 tahun di sana. Cerita ini berawal dari sedikit pengetahuanku tentang komputer. Kebetulan beberapa temenku sering beli komputer rakitan lewat aku, salah satunya Ria ini. Singkat cerita, komputer sesuai spec yang dia ingin aku kirim ke rumahnya, aku rakit dan aku nyalakan. Kemuadian aku suruh Ria mencoba komputernya kalo mungkin ada yang kurang pas. Tapi dia menolak karena ternyata (baru aku tahu) dia belum mahir mengoperasikannya. Kemudian aku tawarkan untuk mengajarinya, dan akhirnya dia pun mau. Setelah kira2 satu jam, karena sudah jam 4 sore aku pamit pulang, tapi dia pesen kalo dia minta aku mengajarinya. Aku terima saja karena emang sepulang kerja aku punya 3 hari free. Sesuai jadwal aku dateng ke rumahnya sekitar jam 2.30 siang. Dia ternyata udah siap dan berganti pakaian daster yang agak tipis, sehingga samar2 kulihat cetakan CD dan BHnya yang berwarna krem. Aku agak canggung karena biasanya di kantor dia memakai pakai yang rapi dan sopan. “Kok bengong? Ayo masuk!” katanya. Aku memang sempat agak kaget bercampur senang karena sebagai lelaki normal tentu saja hal membuat naluri lelakiku bangkit. Setelah masuk dan kita mulai session pertama pelajaran komputerku, ternyata dia malah benyak bercerita tentang kehidupannya.
Baru kuketahui ternyata dia sudah bercerai dengan suaminya 3 tahun yang lalu, dan dia sekarang hanya tinggal di rumah dengan ibunya yang sudah berusia 65 tahunan, karena kakak2nya yang semua cewek sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di luar kota. Mengetahui itu, aku mulai melancarkan seranganku dnegan bertanya yang agak berbau seks. Tapi masih kuselingi dengan banyolan, taku kalo dia marah. Tapi alangkah senangnya dia justru menanggapinya dengan satai dan semakin memperdalam guyonan. Setelah sekitar satu jam dia minta istirahat, Kemudian kupancing dia dengan memutar video bokep “Tarzan X” yang kebetulan aku simpan di laptopku. Dia tadinya agak malu, namun lama2 dia justru menikmati. Semakin lama kulihat perubahan di raut mukanya. Dan berulang kali dia pamit mau ke belakang. Kemudian dia juga seringkali menyilangkan kakinya, dna tentu saja dasternya sedikit tersingkap dan aku bisa melihat pahanya begitu mulus dan putih. Lama2 aku pun mulai terbawa nafsu, adik kecilku juga mulai bangun. Dan ternyata hal itu diketahui oleh Ria. aku pun agak sediakit malu sebelum akhirnya Riapun mulai mendesah. Dia mulai memgang pahaku yang berada di samping pahanya karena memang kami duduk berdampingan. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku mulai memegang tangannya dan aku remas2. Dia pun ternyata membalas remasanku, bahkan dia mulai berani sengaja menyentuhkan tangannya ke ‘adikku’ yang sudah tegang sejak tadi. Tanpa basa-basi lagi aku mulai mencium bibirnya, namun dia menolak karena takut ketahuan ibunya. Akhirnya dengan masih berpura2 belajar komputer aku ganti aksiku dengan mulai menyentuh payudaranya. Begitu kenyal dan mantap aku rasakan membuat ‘adikku’ pun semakin meronta pengin segera dikeluarkan. Kemudian tanganku mulai menyusup ke balik dasternya yang tipis itu. Dia pun berani membuka resleting celanaku kemudian merogoh ‘adikku’ yang sejak tadi minta diperlakukan lebih.
Dia pun mengeluarkan ‘adikku’, Aku pun tak kalah, aku buka kancing daster yang hanya dua buah, dan aku buka cup BHnya sehinga buah dada yang putih, halus dan mantap itu pun tak sabar kucium, kuhisap, dan kukulum-kulum putingnya yang coklat kemerah-merahan itu. Dia pun smakin keras mengocok-ngocok ‘adikku’ dan mempermainkan ibu jarinya di ujung ‘helmku’ yang memebuat aku semakin tak karuan. Kamudian dia minta ijin aku untuk mencium ‘adikku’, namun tanpa aku jawab dia langsung mencium ujungnya, dan perlahan dia masukkan ‘adikku’ ke dalam mulutnya. Aku sendiri masih asik bermain-main dengan pentilnya yang telah mengeras itu. Semakin lama semakin aku rasakan desakan “lahar’ panas mendorong-dorong mau keluar dari ‘adikku’. Namun aku tak mau permainan sampai disini. Ku angkat kepalannya, kemudian aku pun berjongkok dan mulai kuturunkan CDnya. Lalu perlahan aku mulai mencium lembah kewanitaanya yang aromanya membuat aku semakin kesetanan. Dia ternyata rajin merawat vaginanya, bulunya pun tercukur rapih membuat aku semakin bernafsu. Aku cari tonjolan daging kecil di vaginanya dan mulai kujilat. Dia semakin kelonjotan ran menjambak rambutku yang waktu itu agak sedikit panjang. Semakin keras aku sedot semakin dia bergerak tak karuan. Dan akhirnya tak lama dia mengerang keras samlbil menjepit kepalaku. Dan kurasakan cairan hangat membanjiri mulutku. Ternyata baru sebentar saja dia sudah orgasme. Maklum karena memang sudah lama dia tidak merasakan belaian lelaki. AKu pun menghisap cairan itu dan menjilatnya sampai habis. Kemudian aku ajak dia ke sofa di samping meja komputer. Dia menolak ketika aku mau melepas dasternya. Akhirnya setelah dia terbaring, aku angkat kedua kakinya dan kuletakkan di atas bahuku. Tersingkaplah daster nya, dan perlahan aku masukkan ‘adikku’ yang telah berlendir ke goa kenikmatan Ria yang ternyata masih sempit sekali. Berulang kali aku mendorong namun aku merasa kesulitan measukkan ‘adikku’. Kamudian aku jilati lagi vaginanya, kukulum-kulm lagi klitorisnya membuat vaginanya semakin becek kembali.
Saat itulah aku kembali memasukkan ‘adikku’ ke liang surgawinya. Perlahan aku dorong masuk, namun ketika baru setengahnya dia merintih kesakitan. “aduhhhhh massss…. pelan-pelan donkkk…..sakitttttttt.’ Aku diamkan dulu sejenak. Benar-benar seperti perawan vaginanya karena memang waktu itu dia baru setahun menikah dan belum mempunyai anak. Setelah dia mulai tenang dia, aku kembali mendorong ‘adikku’. dan bleeesssss,,, masuklah seluruh batang kejantananku. Bagitu hangat dan nikamt kurasakan. Sampai saat ini pun kalo aku ingat kejadian itu aku sering horny karena sensasi yang luar biasa aku rasakan waktu itu.. Perlahan aku mulai memompa vaginanya dengan irama yang semakin aku naikkan. “Sssshhhh…..aduhhhhh….fiko….sshhhhh, terrrruuussss sayangg….aduhhhh…eeennnnaaakkk…..teerruussss…sssaaaayaaanggg….’. Aku pun mulai mempercepat gerakanku. Begitu nikmat kurasakan jepitan vaginanya yang seperti meremas dan menyedot ‘adikku’. Sekitar 20 menit kemudian aku merasakan kedutan-kedutan di dinding vaginanya dan kurasakan pula remasannya semakin kuat. Aku pun keenakan sehingga aku pun mulai mendekati titik kulminasiku. Dia pun semakin bergerak kesana kemari tak karuan menikamati sodokan ‘adikku’ dan mengerang-erang keras seperti orang kesakitan, saking kerasnya sampai aku kawatir ibunya akan terbangun, tapi kemudian aku memasukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya agar dia tidak meracau, dia pun mengulumnya . Sekitar 20 menit akhirnya kita sama-sama merasakan kenikmatan cairan hangat membanjiri vaginanya dan menyirami ‘adikku’. Crooot…crooot…crooot, sekitar 5 sampai 7 kali aku menyemprotkan laharku ke rahimnya. Akhirnya kami berdua terkulai lemas tak berdaya. Namun baru beberapa menit kita istirahat, dan masih sambil berpelukan, ku dengar ada suara langkah kaki mendekati ruang tengah. Aku pun meloncat bangkit menuju kamar mandi, dan dia pun merapikan dasternya dan berpura-pura santai. Sekembali dari kamar mandi aku mendengar ibunya mengatakan sesuatu dan menyebut namaku. Ternyata dia dinasehatin supaya jangan ‘bermain-main’ denganku karena aku sudah berkeluarga. Mungkin dia agak sedikit mengetahui perbuatan kami. Aku pun tak peduli, toh semua sudah terlanjur. Setelah selesai aku pun kembali ke meja komputer dan berpura-pura bertanya pelajarannya mau dilanjutkan tidak. Ria menjawab besok kamis saja, karena dia capek. Akhirnya aku pun pamit pulang. Di tengah perjalanan aku sempatkan mengucapkan terima kasih lewat sms. Dia hanya menjawab : ‘Sama2. Kamu guru komputer yang hebat, sayang!’ Semenjak kejadian itu kami sering mencuri-curi kesempatan ketika aku mengajarinya mengoperasikan komputer. Namun kayaknya lebih banyak ‘bermain’ daripada belajarnya, he…he..he…. Permainan kami berhenti sampai akhirnya dia menikah dengan seorang duda tapi menjadi pengusaha toko yang cukup sukses. Selamat tinggal Ria… Terima kasih untuk semua yang kamu berikan….


Read more...

MENIKMATI SUSU DUA SPG SUSU

0 komentar




Cerita kali ini mengisahkan sisi laen tentang kehidupan seorang SPG. Wajah gadis SPG yang cantik dan seksi seringkali memunculkan image sebagai wanita penggoda, sehingga tak jarang para SPG jadi sasaran nakal para laki2 hidung belang. Dari realitas tersebut sehingga banyak bermunculanlah cerita seks atau cerita dewasa tentang SPG yang beredar di internet, seperti cerita tentang sek SPG berikut ini…
Karena banyak kerjaan yang menumpuk, pada hari itu aku harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Apesnya, ditengah jalan tiba-tiba hujan turun dengan deras sekali. Agar tidak basah kuyup, akhirnya aku berteduh di sebuah warung terdekat.
“Wah.. wah.. sialan, kok malah hujan.. numpang teduh ya Bu,” entah sial apa pagi itu, hujan mendadak turun tanpa mendung, aku pun terpaksa menghentikan laju sepeda motorku dan segera berteduh disebuah warung pinggir jalan.
“Ndak apa Dik, memang hujannya deras, kalau diteruskan nanti basah semua bajunya,” jawab pemilik warung, ibu berusia baya seumur ibuku.
“Saya pesan kopi susunya Bu, jangan banyak-banyak gulanya ya,” pintaku setelah mengambil duduk dalam warung itu. Sambil menunggu pesananku, kuamati pemandangan sekeliling warung itu.
Warung tempat kuberteduh terlihat sangat rapi dan bersih, walaupun ukurannya kecil. Sungguh, aku baru kali itu singgah disana, meskipun sehari-hari kerab melintasi jalan di depannya. Pagi itu, ada tiga orang yang turut berteduh sambil sarapan, kelihatannya mereka itu sopir dan kenek angkot yang pangkalannya tak seberapa jauh dari warung itu.
Belum lagi kopi susu yang kupesan tiba dihadapanku, kulihat dua wanita muda masuk ke warung.
“Uhh, gila hujannya ya Fin.., untung sudah sampai sini,” kata yang berbadan agak gemuk pada temanya yang lebih langsing. Dari penampilan mereka aku bisa menebak kalau mereka adalah sales promotion girl (SPG), dibelakang baju kaos yang mereka pakai ada sablonan bertulis Susu Siip (sengaja disamarkan), produk susu baru buatan lokal. Keduanya langsung duduk dibangku panjang tepat di depanku.
“Ini Dik kopi susunya, apa nggak sekalian pesan sarapan Dik?” ibu pemilik warung membawakan pesananku.
“Makasih Bu, ini saja cukup. Saya sudah sarapan kok,” jawabku, Ibu itu pun berlalu, setelah sempat menawarkan menu pada dua wanita muda dihadapanku.
“Hm maaf Mas, apa tidak mau coba susu kami?” sebuah suara wanita mengejutkan aku. Hampir saja aku tersedak kopi yang sedang kuseruput dari cangkirnya, sebagian kopi malah tumpah mengotori lengan bajuku.
“Duh maaf, kaget ya Mas. Tuh jadi kotor bajunya,” wanita yang agak gemuk menyodorkan tisue kepadaku.
“Ohh, nggak apa Mbak, makasih ya,” kuterima tisue pemberiannya dan membersihkan lengan bajuku.
“Maaf, susu apa maksud Mbak?” aku bertanya.
“Hik.. Hik.. Mas ini rupanya kaget dengar susu kita Fin,” canda sigemuk, si langsing tersenyum saja.
“Ini loh Mas, susu siip. Susu baru buatan lokal tapi oke punya. Harganya murah kok, masih promosi Mas, ada hadiahnya kalau beli banyak,” si langsing menjelaskan, ia juga menerangkan harga dan hadiahnya.
Sebenarnya aku ingin lebih lama diwarung itu supaya bisa lebih lama bersama dua wanita SPG susu itu, tapi nampaknya hujan sudah mulai berhenti dan aku harus melanjutkan perjalanan karena waktunya sudah mepet & Pekerjaan dikantor masih menunggu tuk diselesaikan.
“Saya tertarik Mbak, tapi kayaknya saya harus lanjutkan perjalanan nih, tuh hujannya sudah berhenti. Emm, gimana kalau saya kasih alamat saya, ini kartu nama saya dan kalau boleh Mbak berdua tulis namanya disini ya,” kusodorkan selembar kartu namaku sekaligus meminta mereka menulis namanya dibuku saku yang kubawa.
“Oh Mas Andy toh namanya. Pulang kerjanya jam berapa Mas biar bisa ketemu nanti kalau kami kerumahnya,” si gemuk yang ternyata bernama Lina bertanya sambil senyum-senyum padaku.
“Jam empat sore juga saya sudah dirumah kok. Mbak Lina dan Mbak Wati boleh kesana sekitar jam itu, saya tunggu ya,” jawabku. Wati yang langsing juga tersenyum.
Aku kemudian membayar kopi susu pesananku dan meninggalkan warung, untuk segera menuju ke kantor.

Jam 3 sore aku sudah menyelesaikan laporanku yang menumpuk, dan aku langsung pulang kekontrakanku. Oh ya umurku saat itu sudah menginjak 28 tahun, aku coba mandiri merantau dikota kembang ini. Kuputar lagu-lagu melankolisnya Katon Bagaskara di VCD Player sambil kunikmati berbaring dikasur kamarku. Foto Lusi kupandangi, pacarku itu sudah tiga minggu ini pindah ke Jakarta, bersama pindah tugas bapaknya yang tentara. Kayaknya sulit melanjutkan tali kasih kami, apalagi jarak kami sekarang jauh. Dan sepertinya ini takdirku, berkali-kali gagal kawin gara-gara terpisah tiba-tiba, jadi jomblo sampai umur segitu.
Membayangkan kenangan manis bersama Lusi, aku akhirnya lelap tertidur ditemani tembang manis Katon. Sampai akhirnya gedoran pintu kontrakan membangunkanku. Astaga sudah jam setengah 5 sore, aku segera membukakan pintu utama kontrakanku untuk melihat siapa yang datang.
“Sore Mas Andy, duh baru bangun ya? Maaf ya mengganggu lagi,” ternyata yang datang Lina dan Wati, SPG Susu yang kujumpai pagi tadi.
“Oh Mbak Lina dan Mbak Wati.., saya pikir nggak jadi datang. Silahkan masuk yuk, saya basuh muka sebentar ya,” kupersilahkan mereka masuk dan aku kekamar mandi membasuh mukaku.
Sore itu Lina dan Wati tidak lagi menggunakan seragam SPG, mereka pakai casual. Lina walau agak gendut jadi terlihat seksi mengenakan jeans ketat dipadu kaos merah ketat pula, sedangkan Wati yang langsing semakin asyik pakai rok span mini dipadu kaos kuning ketat.
Rumah kontrakanku type 36, jadi hanya ada ruang tamu dan kamar tidur yang ukurannya kecil, selebihnya dapur dan kamar mandi juga sangat mini dibagian belakang. Setelah basuh muka, aku menemani mereka duduk di ruang tamu.
“Wah ternyata Mas Andy ini Kerja di Farmasi ya, boleh dong kapan-kapan kita di jelasin masalah obat Mas?” Lina buka bicara saat aku duduk bersama mereka.
“Tentu boleh, kapan Mbak mau datang aja kesini,” jawabku.
Selanjutnya kami kembali bicara masalah produk susu yang mereka pasarkan. Bergantian bicara, Lina dan Wati menjelaskan kalau susu yang mereka jual ada beberapa macam dengan kegunaan yang beragam. Ada susu untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak usia sekolah, balita, bayi, orangtua, pertumbuhan remaja, sampai susu greng untuk menambah vitalitas pria. Nah, untuk susu penambah vitalitas pria itu, bicara mereka sudah berani agak porno dan mesum, membuat aku blingsatan mendengarnya.
“Hmm, boleh-boleh.. Saya ambil susu grengnya dua mbak, nanti kalau bagus saya tambah lagi lain kali,” aku memotong bicara mereka yang semakin ngawur.
“Nah gitu dong Mas, biar istri Mas senang kalau suaminya greng,” Wati kembali bercanda.
“Duh.. Mbak, saya belum kawin nih. Maksud saya susu greng itu saya pakai buat kerja, supaya tetap fit kalau kerja,” kataku. Jawabanku itu membuat mereka saling pandang, lalu keduanya tertawa sendiri.
“Wah kita kira Mas sudah punya istri, ternyata masih bujang. Kok ganteng-ganteng belum laku sih?” Lina menggoda.Suasana terasa langsung akrab bersama dua SPG susu itu. Mereka pun menceritakan latar belakang mereka tanpa malu kepadaku. Lina, wanita berumur 26 tahun, dulunya karyawati sebuah bank, lalu berhenti karena dinikahi rekan sekerjanya. Tapi kini dia janda tanpa anak sejak suaminya sakit dan meninggal, tiga tahun lalu. Sedangkan Wati, bernasib sama. Wanita 24 tahun itu, pernah menikah dengan lelaki sekampungnya, tetapi kemudian jadi janda gantung sejak suaminya jadi TKI dan tak ada kabarnya sejak 4 tahun lalu. Keduanya terpaksa menjadi SPG untuk menghidupi diri.
“Kami malu Mas, sudah kawin masih bergantung pada orangtua, makanya kami kerja begini,” kata Wati.
“Kalau Mas mau, gimana kalau saya seduhkan susu greng itu. Sekedar coba Mas, siapa tahu Mas jadi pingin beli lebih banyak?” Lina menawarkanku setelah obrolan kami semakin akrab.Belum sempat kujawab dia sudah bangkit dan menanyakan dimana letak dapur, ia pun menyeduhkan secangkir susu greng buatku. Susu buatan Lina itu kucicipi, lalu kuteguk habis, kemudian kembali ngobrol dengan mereka. Saat itu jam menunjuk angka tujuh malam. Lima belas menit setelah meneguk susu buatan Lina, aku merasakan dadaku bergemuruh dan panas sekujur tubuh, agak pusing juga.
“Ohh.. Kok saya pusing jadinya Mbak? Kenapa ya? Ahh..,” aku meremasi rambutku sambil bersandar di kursi bambu.
“Agak pusing ya Mas, itu memang reaksinya kalau pertama minum Mas. Mana coba saya pijitin lehernya,” Wati pindah duduk kesampingku sambil memijiti tengkuk leherku, agak enakan rasanya setelah jemari lentik Wati memijatiku.
“Nah, biar lebih cepat sembuh saya juga bantu pijit ya,” Lina pun bangkit dan duduk disampingku, posisiku jadi berada ditengah keduanya. Tapi, astaga, Lina bukannya memijit leherku malah menjamah celana depanku dan memijiti penisku yang mendadak tegang dibalik celana.
“Ahh Mbaak.., mmfphh.. Ehmm,” belum selesai kalimat dari bibirku, bibir Wati segera menyumpal dan melumat bibirku. Gila pikirku, aku hendak menahan aksi mereka tapi aku pun terlanjur menikmati, apalagi reaksi susu sip yang kuteguk memang mujarab, birahiku langsung naik. Akhirnya kubalas kuluman bibir Wati, kusedot bibir tipisnya yang mirip Enno Lerian itu.
“Waduh.., gede juga Andy juniornya Mas,” ucapan Lina kudengar tanpa melihatnya karena wajah Wati yang berpagutan denganku menutupi. Tapi aku tahu kalau saat itu Lina sudah membuka resleting celanaku dan mengeluarkan penisku yang tegang dari celana. Sesaat setelah itu, kurasakan benda kenyal dan basah melumuri penisku, rupanya Lina menjilati penisku.
“Ahh.., tidak Mbak.., jangan Mbak,” kudorong tubuh Wati dan Lina, aku jadi panik kalau sampai ada warga yang melihat adegan kami.
“Ayolah Mas.. Kan sudah tanggung. Nanti pusing lagi loh,” Lina seperti tak puas, Wati pun menimpali.
“Maksud saya jangan kita lakukan disini, takut kalau ketahuan Pak RT. Kita pindah kekamar aja yah,” aku mengajak keduanya pindah ke kamar tidurku, setelah mengunci pintu utama kontrakanku.Sampai di kamarku, bagaikan balita yang akan dimandikan ibunya, pakaianku segera dilucuti dua SPG itu, dan mereka pun melepasi seluruh pakaiannya. Wah tubuh mereka nampak masih terawat, mungkin karena lama menjanda. Sebelum melanjutkan permainan tadi, kuputar lagi lagu Katon Bagaskara dengan volume agak keras supaya suara kami tak terdengar keluar.
Setelah itu, aku rebah dikasurku dan Lina segera mengulangi aksinya menjilati, menghisap penisku yang semakin mengeras. Lina bagaikan serigala lapar yang mendapatkan daging kambing kesukaannya. Sedangkan Wati berbaring disisiku dan kami kembali berpagutan bibir, bermain lidah dalam kecupan hangat. Dalam posisi itu tanganku mulai aktif meraba-raba susu Wati disampingku, kenyal dan hangat sekali susu itu, lebih sip sari susu sip yang mereka jual kepadaku.
“Oh Mas, saya sudah nggak tahan Mas,” Lina mengeluh dan melepaskan kulumannya dipenisku.
“Ayo Lin, kamu duluan.. Tapi cepat yahh,” Wati menyuruh Lina. Wanita bertubuh agak gemuk itu segera menunggangiku, menempatkan vagina basahnya diujung penisku Lina berposisi jongkok dan bless, penisku menembusi vaginanya.
“Ohh.. Aaauhh.. Mass hengg,” Lina meracau sambil menggenjot pinggulnya naik turun dengan posisi jongkok diatasku. Kurasakan nikmatnya vagina Lina, apalagi lemak pahanya ikut menjepit di penisku.Wati yang turut terbakar birahinya segera menumpangi wajahku dengan posisi jongkok juga, bibir vaginanya tepat berada dihadapan bibirku langsung kusambut dengan jilatan lidah dan isapan kecil. Posisi mereka yang berhadapan diatas tubuhku memudahkan keduanya saling pagut bibir, sambil pinggulnya memutar, naik turun, menekan, diwajah dan penisku.
Lima belas menit setelah itu, Lina mempercepat gerakannya dan erangannya pun semakin erotis terdengar.“Ahh Mass.., sayaa kliimmaakss.. Ohh ammphhuunnhh,” Lina mengejang diatasku, lalu ambruk berbaring disamping kananku. Melihat Lina KO, Wati kemudian turun dari wajahku dan segera mengambil posisi Lina, dia mau juga memasukkan penisku ke memeknya.“Ehh tunnggu Mbak Wati, tunggu,” kuhentikan Wati.
Aku bangkit dan memeluknya lalu membaringkannya dikasur, sehingga akulah yang kini diatas tubuhnya.
“Mass.. Aku pingin seperti Lina Masshh.. Puasin aku ya.. Meemmppffhh.. Ouhh Mass,” Wati tersengal-sengal kuserang cumbuan, sementara penis tegangku sudah amblas dimekinya.
“Ohh enakhhnya memekmu Watthh.. Enakhh ughh,”
“Engh.. Genjot yang kerass Mass, koontollmu juga ennahhkk.. Ohh Mass,” Wati dan aku memanjat tebing kenikmatan kami hingga dua puluh menit, sampai akhirnya Wati pun mengejang dalam tindihanku.
“Amphhunn Mass.. Ohh nikhhmatt bangghett Masshh..,” Wati mengecup dadaku dan mencakar punggungku menahan kenikmatan yang asyik.
“Iya Watt.. Inii untukkhhmu.. Ohh.. Oohh,” aku pun menumpahkan berliter spermaku ke dalam vagina Wati.
Setelah sama-sama puas, dua SPG susu itu pun berlalu dari rumahku, kutambahkan dua lembar ratusan ribu untuk mereka. Aku pun kembali tidur dan menghayalkan kenikmatan tadi. 
Read more...

DEMI NILAI SOGOK DOSEN DENGAN SEX

1 komentar




kali ini menceritakan kenekatan mahasisiwi  jual diri demi sebuah nilai. Sex yang dibarter dengan nilai kelulusan UAS. Mahasiswi nakal ketemu dosen cabul, klop dah.. akhirnya terjadilah hubungan mesum antara mahasiswi dengan dosen tersebut. Seperti apa cerita nya, simak berikut ini…
Kisah sex unikku  ini terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada akhir semester 3. Saat itu adalah detik-detik menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Seperti biasanya, beberapa hari sebelum dimulainya UAS nama-nama mahasiswa yang tidak diperbolehkan ikut ujian karena berbagai sebab seperti over absen, telat pembayaran, dsb tertera di papan pengumuman di depan ruang TU fakultas. Hari itu diriku dibuat shock dengan tercantumnya namaku di daftar cekal salah satu mata kuliah penting, 3 SKS pula.
Diriku sangat bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas maksimum tiga kali, apakah diriku salah menghitung, padahal di agendaku setiap absenku kucatat dengan jelas diriku hanya tiga kali absen di mata kuliah itu. Akupun complain masalah ini dengan dosen yang bersangkutan yaitu Pak Qadar, seorang dosen yang cukup senior di kampusku, beliau berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit beruban, tubuhnya pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu. Diajar olehnya memang enak dan mengerti namun beliau agak cunihin, karena suka cari-cari kesempatan untuk mencolek atau bercanda dengan mahasiswi yang cantik pada jam kuliahnya termasuk juga diriku pernah menjadi korban kecunihinannya. Karena sudah senior dan menjabat kepala jurusan, beliau diberi ruangan seluas 5×5 meter bersama dengan Bu Hany yang juga dosen senior merangkap wakil kepala jurusan. Kuketuk pintunya yang terbuka setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya pamitan. “Siang Pak !” sapaku dengan senyum dipaksa “Siang, ada perlu apa ?” “Ini Pak, saya mau tanya tentang absen saya, kok bisa lebih padahal dicatatan saya cuma tiga…” demikian kujelaskan panjang lebar dan beliau mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya. Beberapa menit beliau meninggalkanku untuk ke TU melihat daftar absen lalu kembali lagi dengan map absen di tangannya.
Ternyata setelah usut punya usut, diriku tertinggal satu jadwal kuliah tambahan dan cerobohnya diriku juga lupa mencatatnya di agendaku. Dengan memohon belas kasih diriku memelas padanya supaya ada keringanan atau keringanan. “Aduhh…tolong dong pak, soalnya gak ada yang memberitahu saya tentang yang tambahan itu, jadi saya juga gak tau pak, bukan salah saya semua doDiang pak” “Tapi kan dik, anda sendiri harusnya tahu kalau absen yang tiga sebelumnya anda bolos bukan karena sakit atau apa kan, seharusnya untuk berjaga-jaga anda tidak absen sebanyak itu dong dulu” Beberapa saat diriku tawar menawar dengannya namun ujung-ujungnya tetap harga mati, yaitu diriku tetap tidak boleh ujian dengan kata lain diriku tidak lulus di mata kuliah tersebut. Kata-kata terakhirnya sebelum diriku pamit hanyalah “Ya sudah lah dik, sebaiknya anda ambil hikmahnya kejadian ini supaya memacu anda lebih rajin di kemudian hari” dengan meletakkan tangannya di bahuku. Dengan lemas dan pucat diriku melangkah keluar dari situ dan hampir bertabrakan dengan Bu Hany yang menuju ke ruangan itu.
Dalam perjalanan pulang dimobil pun pikiranku masih kalut sampai mobil di belakangku mengklaksonku karena tidak memperhatikan lampu sudah hijau. Hari itu diriku habis 5 batang rokok, padahal sebelumnya jarang sekali diriku mengisapnya. Diriku sudah susah-susah belajar dan mengerjakan tugas untuk mata kuliah ini, juga nilai UTS ku 8,8, tapi semuanya sia-sia hanya karena ceroboh sedikit, yang ada sekarang hanyalah jengkel dan sesal. Sambil tiduran diriku memindah-mindahkan chanel parabola dengan remote, hingga sampailah diriku pada chanel TV dari Taiwan yang kebetulan sedang menayangkan film semi. Terlintas di pikiranku sebuah cara gila, mengapa diriku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk menggodanya, diriku sendiri kan penggemar seks bebas. Cuma cara ini cukup besar taruhannya kalau tidak kena malah diriku yang malu, tapi biarlah tidak ada salahnya mencoba, gagal ya gagal, begitu pikirku.
Diriku memikirkan rencana untuk menggodanya dam menetapkan waktunya, yaitu sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen lain sudah pulang. Diriku cuma berharap saat itu Bu Hany sudah pulang, kalau tidak rencana ini bisa tertunda atau mungkin gagal. Keesokan harinya diriku mulai menjalankan rencanaku dengan berdebar-debar. Kupakai pakaianku yang seksi berupa sebuah baju tanpa lengan berwarna biru dipadu dengan rok putih menggantung beberapa senti diatas lutut, gilanya adalah dibalik semua itu diriku tidak memakai bra maupun celana dalam. Tegang juga rasanya baru pertama kalinya diriku keluar rumah tanpa pakaian dalam sama sekali, seperti ada perasaan aneh mengalir dalam diriku. Birahiku naik membayangkan yang tidak-tidak, terlebih hembusan AC di mobil semakin membuatku bergairah, udara dingin berhembus menggelikitik kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Karena agak macet diriku baru tiba di kampus jam setengah enam, kuharap Pak Qadar masih di kantornya. Kampus sudah sepi saat itu karena saat menjelang ujian banyak kelas sudah libur, kalaupun masuk paling cuma untuk pemantapan atau kuis saja. Diriku naik lift ke tingkat tiga. Seorang karyawan dan dua mahasiswa yang selift denganku mencuri-curi pandang ke arahku, suatu hal yang biasa kualami karena diriku sering berpakaian seksi cuma kali ini bedanya diriku tidak pakai apa-apa di baliknya. Entah bagaimana reaksi mereka kalau tahu ada seorang gadis di tengah mereka tidak berpakaian dalam, untungnya pakaianku tidak terlalu ketat sehingga lekukan tubuhku tidak terjiplak.
Akupun sampai ke ruang beliau di sebelah lab. bahasa dan kulihat lampunya masih nyala. Kuharap Bu Hany sudah pulang kalau tidak sia-sialah semuanya. Jantungku berdetak lebih kencang saat kuketuk pintunya. “Masuk !” sahut suara dari dalam “Selamat sore Pak !” “Oh, kamu Citra yang kemarin, ada apa lagi nih ?” katanya sambil memutar kursinya yang menghadap komputer ke arahku. “Itu…Pak mau membicarakan masalah yang kemarin lagi, apa masih ada keringanan buat saya” “Waduh…kan bapak udah bilang dari kemarin bahwa tanpa surat opname atau ijin khusus, kamu tetap dihitung absen, disini aturannya memang begitu, harap anda maklum” “Jadi sudah tidak ada tawar-menawar lagi Pak ?” “Maaf dik, bapak tidak bisa membantumu dalam hal ini” “Begini saja Pak, saya punya penawaran terakhir untuk bapak, saya harap bisa menebus absen saya yang satu itu, bagaimana Pak ?” “Penawaran…penawaran, memangnya pasar pakai tawar-menawar segala” katanya dengan agak jengkel karena diriku terus ngotot.
Tanpa pikir panjang lagi diriku langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan ke arahnya dan langsung duduk diatas meja tepat disampingnya dengan menyilangkan kaki. Tingkahku yang nekad ini membuatnya salah tingkah. Selagi Pak Qadar masih terbengong-bengong kuraih tangannya dan kuletakkan di betisku. “Ayolah Pak, saya percaya bapak pasti bisa nolongin saya, ini penawaran terakhir saya, masa bapak gak tertarik dengan yang satu ini” godaku sambil merundukkan badan ke arahnya sehingga Pak Qadar dapat melihat belahan payudaraku melalui leher bajuku yang agak rendah. “Dik…kamu-kamu ini….edan juga…” katanya terpatah-patah karena gugup Wajahku mendekati wajahnya dan berbisik pelan setengah mendesah : “Sudahlah Pak, tidak usah pura-pura lagi, nikmati saja selagi bisa” Beliau makin terperangah tanpa mengedipkan matanya ketika diriku mulai melepaskan kancing bajuku satu-persatu sampai kedua payudaraku dengan puting pink-nya dan perutku yang rata terlihat olehnya. Tanpa melepas pandangannya padaku, tangannya yang tadinya cuma memegang betisku mulai merambat naik ke paha mulusku disertai sedikit remasan.
Kuturunkan kakiku yang tersilang dan kurenggangkan pahaku agar beliau lebih leluasa mengelus pahaku. Dengan setengah berdiri beliau meraih payudaraku dengan tangan yang satunya, setelah tangannya memenuhi payudaraku Pak Qadar meremasnya pelan diiringi desahan pendek dari mulutku. “Dadamu bagus juga yah dik, kencang dan montok” pujinya Beliau lalu mendekatkan mulutnya ke arah payudaraku, sebuah jilatan menyapu telak putingku disusul dengan gigitan ringan menyebabkan benda itu mengeras dan tubuhku bergetar. Sementara tangannya yang lain merambah lebih jauh ke dalam rokku hingga akhirnya menyentuh pangkal pahaku. Beliau berhenti sejenak ketika jari-jarinya menyentuh kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa “Ya ampun dik, kamu tidak pakai dalaman apa-apa ke sini !?” tanyanya terheran-heran dengan keberanianku “Iyah pak, khusus untuk bapak…makanya bapak harus tolong saya juga” Tiba-tiba dengan bernafsu Pak Qadar bentangkan lebar-lebar kedua pahaku dan menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya.
Matanya seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara bulu-bulu hitam yang lebat. Sungguh tak pernah terbayang olehku diriku duduk diatas meja mekakangkan kaki di hadapan dosen yang kuhormati. Sebentar kemudian lidah Pak Qadar mulai menjilati bibir kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke atas meremasi payudaraku. “Uhhh…!” diriku benar-benar menikmatinya, mataku terpejam sambil menggigit bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh sensasi permainan lidah beliau. Diriku mengerang pelan meremas rambutnya yang tipis, kedua paha mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak menginginkannya lepas. Lidah itu bergerak semakin liar menyapu dinding-dinding kemaluanku, yang paling enak adalah ketika ujung lidahnya beradu dengan klitorisku, duhh…rasanya geli seperti mau ngompol. Butir-butir keringat mulai keluar seperti embun pada sekujur tubuhku.
Setelah membuat vaginaku basah kuyup, beliau berdiri dan melepaskan diri. Pak Qadar membuka celana panjang beserta celana dalamnya sehingga ‘burung’ yang daritadi sudah sesak dalam sangkarnya itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Digenggamnya benda itu dan dibawa mendekati vaginaku “Bapak masukin sekarang aja yah Dik, udah ga sabar nih” “Eiit…bentar Pak, bapak kan belum ngerasain mulut saya nih, dijamin ketagihan deh” kataku sambil meraih penisnya dan turun dari meja Kuturunkan badanku perlahan-lahan dengan gerakan menggoda hingga berlutut di hadapannya. Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat perlahan disertai sedikit kocokan. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka mulutku untuk memasukkan penis itu. Hhmm….hampir sedikit lagi masuk seluruhnya tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Boleh juga penisnya untuk seusia beliau, walaupun tidak seperkasa orang-orang kasar yang pernah ML denganku, miliknya cukup kokoh dan dihiasi sedikit urat, bagian kepalanya nampak seperti cendawan berdenyut-denyut. Dalam mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala penisnya. Sesekali diriku melirik ke atas melihat ekspresi wajah beliau menikmati seponganku.
Berdasarkan pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan oral sex-ku, mereka biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada penis mereka, Pak Qadar pun termasuk diantaranya. Beliau mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu tangan. Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Qadar buru-buru menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Diriku disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya. “Ya…ya…sebentar tanggung ini hampir selesai” sahutnya membalas suara ketukan Dari bawah meja diriku mendengar beliau sudah membuka pintu dan berbicara dengan seseorang yang diriku tidak tahu. Kira-kira tiga menitan mereka berbicara, Pak Qadar mengucapkan terima kasih pada orang itu dan berpesan agar jangan diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak pekerjaan, lalu pintu ditutup. “Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum ?” tanyaku setelah keluar dari kolong meja “Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk terusin lagi Dik” Lalu dengan cueknya diriku melepaskan baju dan rokku yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya.
Diriku berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku, kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium aroma khas parfum om-om. Beliau yang memangnya pendek terlihat lebih pendek lagi karena saat itu diriku mengenakan sepatu yang solnya tinggi. Kudorong kepalanya diantara kedua gunungku, beliau pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba diriku meringis dan mendesis karena diriku merasakan gigitan pada puting kananku, beliau dengan gemasnya menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan mungil itu dan meninggalkan jejak disekitarnya. Tangannya mengelusi punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat. “Hhmm…sempurna sekali tubuhmu ini dik, pasti rajin dirawat ya” pujinya sambil meremas pantatku. Diriku hanya tersenyum kecil menanggapi pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah, beliaupun melanjutkan menyusu dari situ. Kali ini Pak Qadar menjilati seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana. Sebagai respon diriku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.
Mulutnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku, beliau juga mengulum leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya. Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa hari. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami saling beradu dengan liar. Lucunya karena Pak Qadar lebih pendek, diriku harus sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu. Setelah tiga menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami melepaskan diri dari ciuman. “Masukin aja sekarang yah Pak…saya udah gak tahan nih” pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya. Namun belum sempat diriku mengeluarkan penisnya, Pak Qadar sudah terlebih dulu mengangkat tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga ternyata, Pak Qadar masih sanggup menggendongku dengan kedua tangan lalu diturunkan diatas meja kerjanya. Pak Qadar berdiri diantara kedua belah pahaku dan membuka celananya, tangannya memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku. Tangan kananku meraih benda itu dan membantu menancapkannya. Perlahan-lahan batang itu melesak masuk membelah bibir vaginaku hingga tertanam seluruhnya. “Ooohhh….!” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu Pak Qadar. “Sakit dik ?” tanyanya Diriku hanya menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat, ya nikmat yang semakin memuncak.
Diriku tidak bisa tidak mendesah setiap kali beliau menggenjotku, tapi diriku juga harus menjaga volume suaraku agar tidak terdengar sampai luar, untuk itu kadang diriku harus menggigit bibir atau jari. Beliau semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku. Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk sehingga payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan beliau yang langsung melumat yang kiri dengan mulutnya dan meremas-remas yang kanan serta memilin-milin putingnya. Tak lama kemudian diriku merasa dunia makin berputar dan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, diriku mendesah panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggangnya. Cairan bening mengucur deras dari vaginaku sehingga menimbulkan bunyi kecipak setiap kali beliau menghujamkan penisnya. Beberapa detik kemudian tubuhku melemas kembali dan tergeletak di mejanya diantara tumpukan arsip-arsip dan alat tulis. Diriku hanya bisa mengambil nafas sebentar karena beliau yang masih bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya.
Sambil meremas pantatku Pak Qadar mendorongkan penisnya itu ke vaginaku. “Uuhh…nggghhh…!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir kemaluanku. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan di meja kerjanya. Pak Qadar menggenjotku semakin cepat, dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini. Sebisa mungkin diriku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi tetap saja sesekali diriku menjerit kalau sodokannya keras. Mulutku mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto beliau dengan istrinya yang dipajang di sana. Beberapa menit kemudian Pak Qadar menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel dimeja kini menggantung bebas. Dengan begitu tangannya bisa menggerayangi payudaraku. Pak Qadar kemudian mengajak ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Pak Qadar menjatuhkan pantatnya disana, namun Pak Qadar mencegahku ketika diriku mau duduk, disuruhnya diriku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di depan wajahnya. “Bentar yah Dik, bapak bersihin dulu punyamu ini” katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu kemaluanku. “Sslluurrpp….sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu, cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu.
Diriku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku dihisapinya selama sepuluh menitan , setelah puas diriku disuruhnya naik ke pangkuannya dengan posisi berhadapan. Kugenggam penisnya dan kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku ke bawah sehingga penis beliau tertancap pada vaginaku. Sedikit demi sedikit diriku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku. 20 menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak. Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Akupun akhirnya tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di selangkanganku, gerak naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali mengeluarkan cukup banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan daerah selangkangan kami. Semakin lama goyanganku semakin lemah, sehingga tinggal beliau saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku yang sudah lemas di pangkuannya. Belakangan beliau melepaskanku juga dan menyuruh menyelesaikannya dengan mulut saja. Diriku masih lemas dan duduk bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan kananku meraih penisnya yang belum ejakulasi. Benda itu, juga bulu-bulunya basah sekali oleh cairanku yang masih hangat. Diriku membuka mulut dan mengulumnya. Seiring dengan tenagaku yang terkumpul kembali kocokanku pun lebih cepat.
Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sperma itu menyemprot langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi mulutku, rasanya hangat dan kental dengan aromanya yang familiar denganku. Inilah saatnya menjajal teknik menyepongku, diriku berkonsentrasi menelan dan mengisapnya berusaha agar cairan itu tidak terbuang setetespun. Setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya sempotannya makin mengecil dan akhirnya berhenti sama sekali. Belum cukup puas, akupun menjilatinya sampai bersih mengkilat, perlahan-lahan benda itu melunak kembali. Pak Qadar bersandar pada sofa dengan nafas terengah-engah dan mengibas-ngibaskan leher kemejanya. Setelah merasa segar kami kembali memakai pakaian masing-masing. Pak Qadar memuji permainanku dan berjanji berusaha membantuku mencari pemecahan masalah ini. Disuruhnya diriku besok datang lagi pada jam yang sama untuk mendengar keputusannya. Ternyata ketika besoknya diriku datang lagi keputusannya masih belum kuterima, malahan diriku kembali digarapnya.
Rupanya Pak Qadar masih belum puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang kebetulan tanggal merah diriku diajaknya ke sebuah hotel melati di daerah Tangerang. Disana diriku digarapnya setengah hari dari pagi sampai sore, bahkan sempat diriku dibuat pingsan sekali. Luar biasa memang daya tahannya untuk seusianya walaupun dibantu oleh suplemen pria. Namun perjuanganku tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam bersama di bathtub Pak Qadar memberitahukan bahwa diriku sudah diperbolehkan ikut dalam ujian. “Kesananya berusaha sendiri yah Dik, jangan minta yang lebih lagi, bapak sudah perjuangkan hal ini dalam rapat kemarin” katanya sambil memencet putingku “Tenang aja Pak, saya juga tahu diri kok, yang penting saya ga mau perjuangan saya selama ini sia-sia” jawabku dengan tersenyum kecil Akhirnya akupun lulus dalam mata kuliah itu walaupun dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit, lumayanlah daripada tidak lulus. Dan dari sini pula diriku belajar bahwa terkadang perjuangan itu perlu pengorbanan apa saja.

Read more...

KENIKMATAN TIADA TARA BERSAMA SOPIRKU

1 komentar



Saya akan mencoba menceritakan tentang hubungan Perselingkuhanku. Dia bisa memberikan kenikmatan seks yang tiada tara, ia tidak seperti suamiku sendiri yang sering loyo kalo diajak ngentot. Simak aja yah gimana sih ini bermula :) .
“pak Warso…dah berapa lama sih menikah kok belum punya anak” pancingku
” 16 tahun Bu” jawab nya singkat
” kok lom punya anak…pasti Pak Warso kurang genjotan nya” kataku mulai menjuru
” siapa bilang bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis nangis” jawab nya
Aku dan pak warso memang dari dulu suka bicara blak blakan tapi baru kali ini menjurus ke sola ranjang.
” aahh…G percaya aku pak” jawabku
“apa ibu mau saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.
pikiranku semkain tidak menentun membayangkan tangan tangan Pak warso menyusuri tiap inchi kulit tubuhku.
”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’ jawab ku sedikit menantang.
”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.
Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih saja memikirkan kata kata pak Warso
ingin rasanya menikmatin benjolan di balik seleting celana itu.
“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang sebenar nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.
” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BERANI SAMA AKU….KALO MEMANG JANTAN BUKTIKAN”
tulisku di kertas itu.
Aku menuju meja makan setelah memberikan note kecil pada pak warso, aku duduk di meja makan, yang arah nya membelakangi ruang tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal denganku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku, meremas nya dengan gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.
” aaahhhh…kamu mau aku entot dimana…katakan…hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas remas payudaraku yang montok .
” ssshhhh…..aaahhhh pak…terusin pak….nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika tangan pak warso turun keselakanganku. aku semain gila menerima rangsangan itu.
“ooohhhh….hhhhmmmm….terusin pak….ayo pak terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia mengendor bersamaan lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan menutup pintu.
Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa apa ke pak warso , aku masih marah akibat semalem. dalam perjalanan ke kantor ku aku hanya membisu.
” maafin aku bu, habis situasi nya seperti itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.
” sudah lah pak, kalo memang nggak bisa muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus
Tapi tiba tiba laju mobil memutar ke arah menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.
” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ” protesku.
Mobil terus melaju cepat menuju arah utara mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak warso membelok kan mobil menuju sebuah Hotel. dalam hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak warso membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yang indah dengan harga yang tak seberapa mahal.
Pak warso membuka pintu mobil, aku pura pura diam tak menghiraukan dia. Lalu pak warso menarik tanganku masuk ke kamar hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak warso telah memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.
” aaahhh…pak….ooohhhh…” desah ku sambil membalas kecupan kecupan nya, lidah pakwarso bermain main di rongga mulutku.
” sekarang kau boleh minta apapun yang kamu mau, aaaaahhh…aku sudah lama ingin mencumbu mu” kata pak warso di sela sela ciuman nya.
Tangan pak warso dengan kasar meremas kedua bukit kembarku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk bagai kan penari yang gemulai.
Tangan pak warso mulai turun menyusuri berut ku …meraba pantat ku yang padat berisi.
” Bu….aaaahhh…aku sudah lama menanti saat saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak warso sambil etrus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan kanan pak warso mulai menyelinap di balik rok spanku.
“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku hari ini” ceracauku
” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata kata yang tak terkontrol keluar begitu saja.
Pak warso membuka satu persatu kemeja kerja ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke dinding.
masih dengan beringas nya pak warso menciumi, menciumi payudaraku, yang masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.
” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakwarso, sambil tangan nya membuka pengait braku, seketika itu payudaraku yang montok menjadi sasaran lidah pak warso.
“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit puting nya pak” cercau ku
” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu”
” ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yang montok ini”
“aahhhkk….oooohhhh….” aku memekik ketika pak warso tiba tiba sajamenyentuh bagian yang paling sensitif itu.
Tangan pak warso mengelus elus memekku yang sudah basah.
” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak ..ayo pak..” aku memohon padanya
Pak warso jongko di depanku, menarik pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak warso menjilati memekku dengan rakus nya.
” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus pak…terus pak masukin lidah nya yang dalam pak”
” hhmmm….enak nya memek mu Bu…ahhh…ini itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak warso.
” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”
” ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…” dengan menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kua kuat kepala pak warso, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yang teramat berat dri dalam rahimku.
aku mencapai orgasm yang pertama, kaki ku masih gemetar, pak warso tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang. Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.
Pak warso kembali menciumiku, melumat bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman pak warso dan tanganku mengelus pundak pak warso.
ciumanku merambat ketelinga pak warso, kusapu habis telinga pak warso dengan lidah ku, kemudian ciumanku turun ke leher pak warso. Pak warso mendesah.
” aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kau puas” ceracau nya
tangan pak warso mempermainkan payudaraku, meremas dan memilin putingnya yang mulai mengeras.
Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak warso, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang pak warso. terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkong di depan pak warso, perlahan ku turun kan celana dalam itu dan….wow besar nya, gumam ku.aku mengulum batang pak warso yang keras bak gada besi.
” ooohhhh….terus isep sayang…yah …yah…ohhh…aaahhhh ” pak warso mengerang
” aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontol ku…aaahhhh ”
aku mengulum terus memain kan lidah ku di ujung nya yang merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yang imut itu.
” eeemmmm….pak …aaahhh kontol bapak nyumi sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak warso dengan bibirku, ku isep dan ku mainkan buah pelir yang menggelantung itu.
” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.
Pak warso menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.
Pak warso menarik ke duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.
” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.
pak warso membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.
” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar menjauh.
pak warso lalu jongkok di depan vaginaku, dan menyapu bibir vagina itu dengan lidah nya.
” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin pak…”
” aku masukin lagi ya sayang” kata pak warso
aku tidak menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke memekku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan itu.
” aaaahhhhkkkk….pelan pelan pak…ouch…sakit pak…sakit…” rintihku
pakwarso dengan perlahan dan pasti menusukkan kontol besar itu ke memekku.
” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh ”
Kontol itu masuk keseluruhan pak warso diam sejenak , menunggu agar memek basahku bisa menerima kontol yang besar itu.
” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin yang dalam pak terus…ooohhh”
” sayang memek kamu nikmat sekali….memek kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak warso
” ooohhh pak terusin pak…kontol bapak besar dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan kontol pak warso.
pak warso menarik kontol nya dan memintaku turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak warso membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan pantatku. lidah pak warso menyapu anusku.
” aahhkkk…pak…ooohhh….terus kan pak…iyah…jilati pak..ayo jilati terus anusku pak”
” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus kamu yang indah ini” kata pak warso
Kemudian pak warso berdiri dan mulai menusuk nusuk kan kontol nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol pak warso.
‘ ayo pak…yang keras pak..yang keras…ooohhh …aaahhh”
” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak cepetan pak…yang kenceng pak terus pak sodok memek aku pak…entot yang kuat pak …ayo pak.” ceracau ku
” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”
” pak…oooohhhh….aaahhhh aku kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dengan hentakan keras ke belakangdan pak warso dengan hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan kontol itu menembus anusku.
” aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak warso yang di iringi semburan hanggat di vaginaku.
kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa sisa kenikmatan sorga dunia itu.

Read more...

KENIKMATAN BERSAMA IBU AYU

0 komentar



Aku terbiasa tidur dengan berbagai macam wanita, mulai abg sampai dengan  Macam-macam rasa memek sudah aku rasakan. Ada sebuah kepuasaan saat membuat wanita-wanita tersebut mencapai orgasmenya. Tapi cerita seks ku yang paling berkesan adalah saat menyetubuhi tante ayu. Sungguh tak terlupakan sekali cerita seksku dengan tante ayu.
Setelah pertempuranku yang sangat melelehkan dengan Ibu Lastri, aku benar benar harus mengkonsumi beberapa multi vitamin dan berolahraga agar staminaku tetap fit. Apalagi tubuh Ibu Lastri yang begitu besar sehingga selain capai bergoyang aku juga harus menahan bobot tubuhnya yang kelewat besar,
Dua hari setelah pertempuranku dengan Ibu Lastri, Hpku berdering. Oh ya sekarang aku harus memakai 2 HP dengan nomor yang berbeda, yang satu khusus untuk menerima telfon dari wanita wanita yang mengajakku kencan dan yang satu lagi untuk keluarga dan teman temanku.
“Hallo Pento ya! Ini Ibu Lastri masih ingatkan?”
“Hallo Ibu Lastri apa khabar.., tentu aku masih ingat dengan Ibu!, ada apa nih Bu?”, tanyaku.
“Gini pen!, Ibu cerita sama temen Ibu tentang kamu, dan temen Ibu itu tertarik mau mencoba segala keramah tamahanmu, Gimana kamu maukan? Kalau kamu ok, temen Ibu itu sekarang ada di hotel Horison Lt empat.
“Wah, kenapa engak Ibu aja yang ngajak saya!, Ibu ngak puas ya sama saya! pelan sekali suaraku takut terdengar teman temanku yang lain.
“Ngaco kamu, kalau Ibu ngak puas, ngapain juga Ibu promosiin kamu sama temen Ibu!, iyakan”.
“Ok deh Bu Lastri saya mau, jam berapa saya bisa datang “.
“Terserah kamu!, kalau kamu bisa keluar dari kantor sekarang, sekarang aja kamu langsung kesana!, gimana jam berapa kamu bisa?
Setelah berpikir sejenak aku memutuskan untuk pulang kerja jam tiga sore, apalagi Ibu Mila belum kembali dari LN.
“Ok Bu Lastri, jam tiga saja aku pasti datang, oh ya.. nama temen Ibu siapa?
“Namanya Ibu Ayu, dia ada dilantai empat kamar xx, dan jangan kecewaiin Ibu ok, Ibu mau telfon temen Ibu dulu memberi kabar kalau kamu datang jam tigaan Bye “.
Wah ada rejeki nih, Cuma aku jadi berpikir lagi!, jangan jangan temen Ibu Lastri sama dengan Ibu Lastri yang bertubuh besar namun aduhai!, bisa celaka dua belas nih. Dengan alasan yang kubuat buat jam 2:30 aku ijin dari kantorku, dengan taksi aku meluncur ke daerah Ancol menuju hotel Horison.
Setelah masuk kedalam Lobby aku bilang sama receptionist kalau aku saudaranya Ibu Ayu di lantai empat dan mau berjumpa dengan beliau.
“Sebentar ya Pak saya tanya Ibu Ayu dulu”, jawab receptionist dengan ramahnya.
“Hallo sore Ibu Ayu maaf mengganggu, ini dari looby ada tamu yang mau bertemu Ibu ”
“Namanya Pento Bu “.
“Iya.. iya selamat sore Bu”, jawab receptionist sambil menutup pembicaraan.
“Silakan Mas! lagsung naik saja sudah ditunggu “.
“Terima kasih Mbak”, jawabku
Setelah sampai diatas dan berada didepan kamar Ibu Ayu, jantung ku berdebar dengan keras!, aku agak sedikit grogi. Kuketuk pintu, tidak lama kemudian pintu terbuka.
“Pento ya?, mari masuk jangan bengong gitu dong, ntar kesambet si manis jembatan ancol lu “. sapa Ibu Ayu.
Sambil melangkah masuk kedalam kamar hotel, aku jadi terbengong bengong dengan apa yang aku lihat, apa aku ngak mimpi!, karena Ibu Ayu yang ada di depanku ini adalah wanita setengah baya atau mungkin bisa di bilang wanita lanjut usia dan yang mengundangku untuk bertukar lendir kenikmatan adalah seorang pemain film, artis sinetron yang sangat tekenal!
Sekarang ini beliau sering memerankan tokoh Ibu Ibu orang kaya dengan dandanan menor dan rambut sering di sanggul. Sudahlan aku tidak ingin lebih rinci lagi menjelaskan siapa Ibu Ayu!, aku harus tetap menjaga kerahasian konsumenku.
“Mau minum apa”, tanya Ibu Ayu.
“Apa saja Bu”, jawabku gugup
“Silahkan duduk Pento rilex saja, jangan tegang gitu dong!”, canda Ibu Ayu
Akupun duduk di sofa yang menghadap kearah pantai, indah sekali pemandangannya.
Tak berapa lama, Ibu Ayu datang menghampiriku dengan 2 kaleng coca cola diet, kemudian tanpa kusangka sangka Ibu Ayu langsung duduk dipangkuanku, dengan gaya yang manja sekali.
“Silahkan minum sayang, aku mau coba apa kamu sehebat seperti yang dibilang si Lastri “.
Kutaruh minumanku dan kulepas kemejaku agar tidak kusut, kemudian Ibu Ayu menciumi bibirku dan tangannya meremas remas burungku yang masih terbungkus celanaku. Aku pun tidak tinggal diam langung kulumat bibir wanita yang sepantasnya jadi nenekku, tangankupun gerilya kesana kemari meremas dan mengelus elus tubuh Ibu Ayu yang sudah sangat kendor sekali sembari memberi rangsangan nikmat kepadanya.
Tanpa sadar helai demi helai pakaian kami berdua sudah saling berjatuhan, aku dan Ibu Ayu sudah telanjang bulat. Dalam hati aku berkata, kalau di TV Ibu Ayu selalu berdandan trendi sekarang ini beliau sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun, dengan tubuh yang sudah sangat kendor, apalagi buah dadanya!, hanya kemulusan kulit tubuhnya saja yang masih tersisa. Namun beliau adalah konsumenku dan aku wajib untuk memberi kepuasan kepadanya.
Kuubah posisi kami, sekarang Ibu Ayu duduk bersandar dengan kaki mengangkang, kucumbu mulai dari bibir, saling berpagutan turun ke lehernya terus turun kebuah dadanya. Kumainkan Putting susunya kuhisap bergantian kiri dan kanan sambil tanganku meremas dan mencongkel congkel serta menusuk nusuk memeknya dengan jari jari saktiku.
Cumbuanku pun perlahan lahan turun kebawah dan berakhir disawah ladang Ibu Ayu, Kujilati dan kuhisap memek Ibu Ayu yang licin tanpa bulu kemaluan yang sudah dicukur rapi. Aku benar benar tidak mau rugi!, kunikmati seluruh tubuh Ibu Ayu jengkal demi jengkal tidak ada bagian tubuhnya yang terlewati untuk ku nikmati. Aku benar benar ingin memuaskan Ibu Ayu, berlama lama aku bermain dan memberi rangsangan kenikmatan di lubang memek dan itilnya yang membuat Ibu Ayu semakin mengelinjang dan mendesah tidak karuan.
“Uhh.. Pento.. Hisap yang kuat sayang Ibu Ibu.. Mau keluar..”
Aku sadar dengan usia Ibu Ayu, kuhentikan hisapanku, aku tidak mau ini berakhir dan harus menunggu stamina Ibu Ayu pulih kembali untuk memulainya lagi. Ibu Ayu pun protes kepadaku.
“Kenapa dihentikan Pen.., Ibu sudah hampir sampai..”.
“Maaf Bu!, aku mau Ibu orgasme dengan kontolku bukan dengan lidahku”.
“Ihh.. ternyata kamu nakal juga ya.. pen..”.
Aku bangkit dan duduk bersandar disofa. Saat tanganku hendak meraih kondom yang sudah kusiapkan di meja. Ibu Ayu melarangku mengunakan kondom.
“Tak usah pakai kondom Pen, kurang nikmat!, Ibu percaya kamu bersih dan kamu juga harus percaya Ibu juga bersih”.
Kemudian Ibu Ayu bangkit berdiri lalu menduduki tubuhku sambil merusaha memasukan batang kontol ku kelubang memeknya.
“Ahh Rintih kami bersamaan saat batang kontolku membelah dan masuk ke dalam lubang memek Ibu Ayu yang sangat licin sekali, mungkin karena banyaknya air liurku yang bercampur dengan lendir nikmatnya.
Dalam posisi duduk ini, aku bisa lebih leluasa menghisap tetek Ibu Ayu dan meremas remas pantatnya. Digoyangnya perlahan lahan kemudian diputar pantatnya dan sesekali dinaik turunkan pantatnya.
“Uhh.. Pento.. enak sayang.. enak.., ahh.. ah.. ihh.. ihh”, rintih Ibu Ayu.
Kusedot puitng susu Ibu Ayu dengan kuat sambil tanganku membelai punggung dan meremas pantatnya, kami terus berpacu mengejar sejuta nikmat yang begitu fantastis yang selalu di hayalkan hampir semua orang, dan akhirnya
“Arrgg Pento.. enak sekali.. sayang.. Ibu.. Ibu.. mau keluar.. nih..”.
“Tahan Bu saya juga mau keluar”, yah!, Hari ini aku tidak meminum obat kuat, aku ingin menikmati secara alami gesekan dinging memek Ibu Ayu dengan batang kontolku.
Goyangan pantat Ibu Ayu semakin lama semakin cepat dan gesekan gesekan dinging memek Ibu Ayu dengan batang kontolku semakin membuatku terbang melayang. Beruntung sekali aku bisa merasakan memek orang terkenal, Walaupun Ibu Ayu bisa dibilang sudah tua, bagiku memek tetaplah memek! Thanks buat Ibu Lastri.
Akhirnya sekujur tubuhku menegang, urat urat dibatang kontolku semakin sensitive menanti ledakan nikmat yang sebentar lagi akan keluar.
“Arrgg Pento.. Ibu sampee”,
“Arrgg buu.. saya keluarr.”
Aku dan Ibu Ayu menjerit bersamaan melepas orgasmenya dan ejakulasiku secara bersamaan, dipeluknya tubuhku erat sekali, dan akupun memeluknya dengan erat.
Setelah lewat beberapa menit aku dan Ibu Ayu masih belum merubah posisi kami dan masih terus berpelukan menikmati sisa sisa kenikmatan yang baru saja kami berdua lewati, dan mengatur nafas kami yang tidak teratur.
“Pento rasanya damai sekali berpelukan seperti ini, thanks ya kamu udah bikin Ibu meraihnya.
“Sama sama Bu saya juga suka berpelukan seperti ini”, kubelai rambutnya dan kukecup keningnya.
Hari itu aku dan Ibu Ayu mengulangi dua kali lagi persetubuhan kami, di tempat tidur dan di kamar mandi, persetubuhanku yang terakhir di kamar mandi dengan Ibu Ayu sangat fantastis, seperti layaknya seorang gadis muda Ibu Ayu mencoba bermacam macam gaya dan yang terakhir Ibu Ayu memintaku memasukan batang kontolku ke lubang anusnya.
Ternyata lobang anus Ibu Ayu sudah cukup longgar mungkin suaminya suka main di lubang yang satu ini atau dengan lelaki lain yang disewanya. Setelah kugunakan kondom tanpa kesulitan yang berarti perlahan lahan namun pasti batang kontolku masuk membelah lobang anusnya, kudiamkan sesaat sambil ku nikmati sensasinya kemudian aku pompa maju mundur.
Jepitan lobang anus Ibu Ayu mencengkeram dengan kuat batang kontolku!, walaupun aku mencoba untuk bertahan lebih lama akhirnya aku sudah tidak sanggup lagi menahannya!, dengan satu teriakan panjang sambil kubenamkan dalam dalam batang kontolku di lubang anusnya, aku melepas ejakulasiku di pantatnya dan Ibu Ayu melepas orgasme panjangnya sambil menangis tersedu sedu.
Aku benar benar merasa puas bisa membuat Ibu Ayu mencapai titik yang diinginkannya, dan harus kuakui stamina Ibu Ayu sangat kuat sekali. Setelah beristirahat beberapa jam, pukul 12 malam, akupun pamit hendak pulang, walaupun Ibu Ayu mencoba menahanku agar aku menginap bersamanya. Akhirnya setelah aku ceritakan sedikit tentang diriku, Ibu Ayu pun mau mengerti dan memahami kondisiku, dengan satu perjanjian aku harus bersedia memberikan kepuasan birahi kepadanya saat Ibu Ayu membutuhkannya. Setelah kuberikan Nomor HP ku kukecup kening Ibu Ayu dan akupun pamit pulang.
Di dalam taksi aku masih tidak habis pikir bahwa Orang seperti Ibu Ayu yang merupakan public figur dan artis terkenal juga nenek dari beberapa orang cucu, ternyata masih membutuhkan orang sepertiku untuk melampiaskan dan melepas nafsu birahinya. Tapi sudahlah!, tiap orang punya Masalah dan seleranya sendiri sendiri.

Read more...

WANITA - WANITA GILA

1 komentar






Cerita ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih kuliah pada semester ke empat. Aku adalah seorang pria lajang 20 th dengan tinggi 175 cm berat 70 kg yang sedang kuliah di salah satu PTN di daerahku. Aku tinggal disebuah rumah bedeng 5 pintu dan aku berada pada pintu yang pertama. Kalau dibandingkan dengan teman-temanku, aku termasuk anak yang pemalu alias kuper (kurang pergaulan). Hal ini membuatku lebih betah berada di kosanku, oh ya di bedeng tersebut aku nge-kost, dari pada harus keluar rumah tanpa tujuan. Sesekali aku juga sering menonton film BF untuk memuaskan hasrat birahiku dan selalu berakhir dengan beronani.

Cukup sudah pengantarnya ok. Sekarang lanjut ke pengalaman pertamaku yang berawal dari tempat kost dimana aku tinggal. Disebelah (pintu no2) tinggal seorang wanita muda sekitar 25 tahun bernama Desi tinggi 160 berat 50 kg yang bersuamikan seorang supir taxi tetapi sudah 7 tahun belum dikarunia seorang anak. Pintu no3 ditempati oleh seorang wanita 35 tahun tinggi 165 berat 60 kg yang sudah memiliki 2 orang anak 7 dan 5 tahun yang semuanya perempuan, ia bernama Ita. Nah, dari sinilah semuanya berawal.
Seperti biasa pada pagi hari semua penghuni bedeng sibuk dibelakang (mandi, mencuci). Perlu diketahui bahwa kondisi di rumah ini memiliki 5 kamar mandi terpisah dari rumah dan 2 buah sumur (air harus diangkat ke kamar mandi, maklum yang punya rumah belum punya Sanyo). Aku yang sudah terbiasa mandi paling pagi sedang duduk santai sambil nonton TV. Lagi asik nonton terdengar olehku gemercik air seperti orang sedang mandi. Mulanya sih biasa saja, tapi lama kelamaan penasaran juga aku dibuatnya. Aku mencoba melihat dari balik celah pintu belakang rumahku, dan aduh!! betapa kagetnya aku ketika melihat Mbak Desi yang sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Aku tidak tahu mengapa ia begitu berani untuk membuka tubuhnya pada tempat terbuka seperti itu. Mbak desi yang sedikit kurus ternyata memiliki payudara sekitar 32b dan sangat seksi sekali. Dengan bentuknya yang kecil beserta puting warna merah jambu untuk orang yang sudah menikah bentuknya masih sangat kencang.
Aku terus mengamati dari balik celah pintu, tanpa kusadari batang kejantananku sudah mulai berdiri. Sudah tak tahan dengan pemandangan tersebut aku langsung melakukan onani sambil membayangkan bercinta dengan Mbak desi ditempat terbuka tersebut. Semenjak hal itu, aku jadi ketagihan untuk selalu mengintip jika ada kesempatan. Keesokan harinya, aku masih sangat terbayang-bayang akan bentuk tubuh Mbak desi. Hari itu adalah hari minggu, dan aku sedikit kesiangan. Ketika aku keluar untuk mandi, aku melihat Mbak Ita sedang mencuci pakaian. Dengan posisinya yang menjongkok terlihat jelas olehku belahan payudaranya yang terlihat sudah agak kendor tapi berukuran 34 b. Setiap kali aku memperhatikan pantatnya, entah mengapa aku langsung bernafsu dibuatnya (mungkin pengaruh film BF dengan doggy style yang kebetulan favoritku). Kembali batang kemaluanku tegang dan seperti biasa aku melakukan onani di kamar mandi.
Dua hari kemudian terjadi keributan di tetanggaku, yaitu Mbak ita yang sedang bertengkar hebat dengan suaminya (seorang agen). Ia menangis dan kulihat suaminya langsung pergi entah kemana. Aku yang kebetulan berada disitu tidak bisa berbuat apa-apa. Yang ada dipikiranku adalah apa sebenarnya yang sedang terjadi. Keesokan harinya Mbak Ita pergi dengan kedua anaknya yang katanya kerumah nenek, dan kembali sorenya.
Sore itu aku baru akan mandi, begitu juga dengan Mbak ita. Setelah selesai aku langsung buru-buru keluar dari kamar mandi karena kedinginan. Diluar dugaanku ternyata aku menabrak sesuatu yang ternyata adalah Mbak ita. Keadaan waktu itu sangat gelap (mati lampu) sehingga kami saling bertubrukan. Menerima tubrukan itu, Mbak ita hampir jatuh dibuatnya. Secara reflek aku langsung menangkap tubuhnya. AduH! Tenyata aku tanpa sengaja telah menyentuh payudaranya. ” Maaf.. Aduh maaf mbak, nggak sengaja” ucapku. ” Nggak, nggak pa pa kok, wong saya yang nggak liat” balasnya.
Sejenak kami terdiam dikeheningan yang pada saat itu sama-sama merasakan dinginnya angin malam. Tanpa dikomando, tubuh kami kembali saling berdekatan setelah tadi sempat malu karena kecerobohan kami berdua. Aku sangat degdegan dibuatnya dan tidak tahu harus berbuat apa pada posisi seperti ini. Sepertinya Mbak ita mengetahui bahwa aku belum pengalaman sama sekali. Ia kemudian mengambil inisiatif dan langsung memegang kemaluanku yang berada dibalik handuk. Est ..est.. auw ..aku mengerang keenakan. Belum selesai aku merasakan belaian tangannya, tiba-tiba ujung kemaluanku terasa disentuh oleh benda lembut dan hangat. Mbak ita sudah berada dibawahku denagn posisi jongkok sambil mengulum kemaluanku. Aduuhh .. nikmatt.. terus .. Akh ..est .. Sekarang aku sudah telanjang bulat dibuatnya.
10 menit sudah kemaluanku dikulum oleh Mbak ita. Aku yang tadi pemalu sekarang mulai mengambil tindakan. Mbak ita kusuruh berdiri dihadapanku dan langsung kulumat bibinya dengan lembut. Est .. Ah ..uh ouw .. Ia mendesah ketika bibir kami saling berpagutan satu sama lain. Ciumanku sekarang telah berada pada lehernya. Bau sabun mandi yang masih melekat pada tubuhnya menambah gairahku. Est .. Ah .. teruss.. kepalanya tengadah keatas menahan nikmat. Kini tiba saat yang kutunggu. Handuk yang masih menutupi tubuhnya langsung kubuka tanpa hambatan. Secara samar-samar dapat kulihat bentuk payudaranya. Kuremas dan kukecup dengan lembut dan au ..est..nikmaat..teruss ..aow .., Mbak ita menahan nikmat.
Sambil terus mencicipi bagian tubuhnya akhirnya aku sampai juga didaerah kemaluannya. Aku sedikit ragu untuk memcicipi kemaluanya yang sudah sedikit basah itu. Seperti difilm BF aku mencoba mempraktekkan gaya melumat kemaluan wanita. Kucoba sedikit dengan ujung lidahku, rasanya ternyata sedikit asin dan berbau amis. Tetapi itu tidak menghentikanku untuk terus menjilatinya. Semakin lama rasa jijik yang ada berubah menjadi rasa ninkmat yang tiada tara. Est ..est ..teruuss ..tee..russ..auw ..nik, mat..mbak ita tak mampu menahan nikmat yang diterimanya dari jilatan mautku yang sesekali kuiringi dengan memasukkan jariku ke liang senggamanya. “Mbak mau .. kelu..ar ahh” racaunya.
Tanpa kusadari tiba-tiba keluar cairan kental dari vagina nya yang belakangan kutau bahwa itu adalah cairan wanita. Aku belum berhenti dan terus menjilati kemaluanya sampai bersih.
Puas aku menjilati kemaluannya kemudian langsung aku angkat ia kedalam rumahnya menuju kamar tidurnya. Aduh .. benar-benar tak habis pikir olehku, wanita segede ini bisa kuangkat dengan mudah. Sesampai dikamarnya aku langsung terbaring dengan posisi terlentang. Mbak ita tanpa diperintah sudah tahu apa yang kumau dan langsung mengambil posisi berada diatasku. Oh ..ya pembaca, bahwa batang kemaluanku standar-standar saja untuk orang Indonesia. Aku yang berada dibawah saat itu sengaja tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Mbak Ita mengambil inisiatif untuk memuaskanku.
Mbak Ita langsung memegang kemaluanku dan mencoba memasukkannya kedalam liang senggamanya. Blues..bleb.. tanpa hambatan batang kejantananku tenggelam seluruhnya kedalam liang kenikmatan Mbak Ita. Est..es..auw..oh..ah..aku hanya terpejam merasakan kemaluanku seperti diperas-peras dan hangat sekali rasanya. Aku tak menyangka bahwa kenikmatan bersenggama dengan wanita lebih nikmat dibanding dengan aku beronani. Mbak Ita mulai menggenjot pantatnya secara perlahan tapi pasti. Ah..ah..ah..oh..oh..nik..maatt..ahh.. Mbak Ita terus melakukan gerakan yang sangat erotis. Desahan Mbak Ita membuatku semakin bernafsu ditambah dengan payudaranya bergoyang kesana-kemari. Rupanya aku tak bisa lagi tinggal diam. Aku berusaha mengimbangi genjotan Mbak Ita sehingga irama genjotan itu sangat merdu dan konstan. Tangankupun tidak mau kalah dengan pantatku.
Aku berusaha mencapai kedua payudara yang ada didepan mataku itu. “Wah ..indahnya pemandangan ini” ucapku dalam hati. Tidak puas dengan hanya menyentuh payudara Mbak Ita, aku langsung mengambil posisi duduk sehingga payudara Mbak ita tepat berada didepan wajahku. Kembali aku melumat putingnya dengan lembut kiri dan kanan bergantian. Ahh..ah ..ah..oh.. Est..ss Mbak ita kelihatannya tak tahan menahan nikmat dengan perlakuanku ini. Lama kelamaan genjotan Mbak Ita semakin cepat dan aku..a..ku.. kee..luuarr..ahh..ohh..nikmaatt Mbak ita akhirnya mencapai klimaks yang kedua kalinya. Aku yang belum apa-apa merasa kesal tidak bisa klimaks secara bersamaan. Akhirnya aku meminta Mbak Ita untuk kembali mengulum kemaluanku. Mbak Ita yang sudah mendapat kepuasan dengan semangat mengulum dan menjilati kemaluanku. Est..est..ahh..oh ucapku ketika Mbak Ita semakin mempercepat kuluman dan kocokannya pada kemaluanku. Sepertinya ia ingin segera memuaskanku dan menikmati air kejantananku.
Selang 10 menit ah..auw..oh..nik..maatt..oh.. crot..crot..crot..semua air maniku tertumpah diwajah Mbak Ita dan diseluruh tubuhnya. Saat itu Mbak Ita tidak berhenti kulumannya dan menjilati seluruh air jantan tersebut. Aku sangat ngilu dibuatnya tapi sungguh masih sangat nikmat sekali.
Setelah merasakan kepuasan yag tiada tara kami langsung jatuh terkulai diatas kasur. Mbak Ita tampaknya sangat kelelahan dan langsung tertidur pulas dengan keadaan telanjang bulat. Aku yang takut nanti ketahuan orang lain langsung keluar dari kamar tersebut dan mengambil handukku menuju rumahku.
Ketika aku baru akan keluar dari rumah Mbak Ita, alangkah terkejutnya aku ketika dihadapanku ada seorang wanita yang kuduga sudah berdiri disitu dari tadi dan menyaksikan semua perbuatan kami. Eh..mm..mbak..mbak ..Desi..ternyata ia tidak lain adalah Mbak Desi. “Permisi mbak, aku mau masuk dulu” ucapku pura-pura tidak ada yang terjadi. Sambil berjalan tergesa-gesa aku langsung menuju rumahku untuk menghindari introgasi dari Mbak Desi. Tiba-tiba “tunggu!!” teriak Mbak Desi. Aku langsung panas dingin dibuatnya. “Jangan jangan ia akan melaporkanku ke Kepala Desa lagi” ucapku dalam hati.” Aduuhh gawat nih, bisa-bisa cuci kampung” pikirku. ” A..a..ada apa ya mbak” balasku. Mbak Desi langsung mendekatku dan berkata ” kamu akan aku laporkan kesuami Mbak Ita dan kepala desa atas apa yang telah kamu lakukan” ucap Mbak Desi. ” Ta..tapi kami melakukannya atas dasar suka sama suka Mbak ” balasku dengan perasaan sedikit cemas. Tiba-tiba ” ha..ha..ha..ha.. ” Mbak desi tertawa.
Aku semakin bingung dibuatnya karena mungkin Mbak desi punya dendam dan sekarang berhasil membalaskannya. ” Nggak usah takut, pokoknya sekarang kamu tetap berdiri disitu dan jangan sekali-kali bergerak ok!” usulnya. “Mbak mau melaporkan saya atau takut saya lari” ucapku semakin bingung. Tanpa bicara lagi Mbak Desi semakin mendekatiku. Setelah tidak ada lagi jarak diantara kami tangan Mbak Desi langsung melepas handuk yang kugunakan tadi sehingga aku kembali telanjang bulat.”Mbak jangan dikebiri ya..” ucapku.”Nnggak..nggak pa pa kok” balasnya. Mbak Desi ternyata langsung berjongkok dan mulai mengocok kemaluanku.
Ah..ah..oh..oh.. aku yang tadi lemas kembali bergairah dibuatnya. Belum lagi aku selesai merasakan nikmatnya kocokan lembut dari tangan Mbak Desi, aku kembali merasakan ada benda lembut, hangat dan basah menyentuh kepala kemaluanku. Aku langsung tahu bahwa itu adalah kuluman dan jilatan dari mulut Mbak Desi setelah tadi aku merasakannya dengan Mbak Ita. Kuluman dan jilatan Mbak Desi ternyata lebih nikmat dari Mbak Ita. Aku bertaruh bahwa Mbak Desi telah melakukan berbagai macam gaya dan variasi dengan suaminya untuk memperoleh keturunan. Estt..ah..oh..oh..aduhh..auw.. desahku menahan hebatnya kuluman Mbak Desi. 15 menit sudah acara kulum-kuluman itu dan sekarang Mbak Desi telah berganti posisi dengan menungging. Pantatnya yang kecil namun berisi itu sekarang menantangku untuk ditusuk segera dengan rudalku. “Ayo..cepetan..kamu sudah lama menginginkan ini kan..Mbak tau kamu sering ngintip dari celah pintu itu..ayoo masukkan dong” ucapnya dengan mesra.
Aku jadi malu dibuatnya bahwa selama ini ia tahu akan perbuatanku. Tanpa pikir panjang aku langsung mencoba memasukkan batang kemaluanku ke liang kenikmatan Mbak Desi. “Aduh!!” meleset pada tusukanku yang pertama. Aku kembali mecoba dan bluess..akhirnya aku berhasil juga. “Gila nih perempuan “pikirku, “ternyata lubang kemaluannya masih sempit sekali” ucapku. Perlahan aku coba menggoyangkan pantatku mau-mundur. Ah.ah..ahh..oh..oh..oh..ah.. Mbah Desi mulai mendesah menahan nikmat. Aku semakin mempercepat goyanganku karena memang ini adalah gaya favoritku. “Ayo..teruuss..ayo..” teriakku memberi semangat”. Ah..ah..ah..oh..desah Mbak Desi semakin terdengar kencang. Melihat payudaranya yang bergelantung dan bergoyang-goyang membuatku ingin mewujudkan impianku selama ini. Sambil terus menggenjot Mbak Desi aku berusaha mencapai payudaranya. Kuremas-remas dengan garangnya seolah meremas santan kelapa. Aw..sakiitt..adu..hh..ah..ah.. Mbak Ita tak tahan akan perlakuanku. Aku tidak memperdulikannya dan tetap menggenjot dengan cepat.
Kemudian aku mengganti posisi dengan menggendong Mbak Desi didepanku. Bluess.. Kembali batang kejantananku kumasukkan kedalam liang senggamanya. Ahh..ah..ah..ah..desah Mbak Desi menahan nikmat. Kulumat bibir dan kuciumi seluruh leher dan kukecup kedua puting susunya yang merah itu. Adu..nikkmatt sekaalii ah..ah..ah..oh..oh.. Mendapat perlakuan demikian bertubi-tubi akhirnya Mbak Desi tak sanggup lagi menahan klimaksnya “Keeluuarr ..mau..ke..lua..rr akhirnya Mbak Desi mencapai klimaksnya. Aku yang sedikit lagi juga hampil finish semakin menggenjot dengan cepat.”Blep..blep..blep..bunyi hentakan sodokan antara kemaluanku dan kemaluan Mbak Desi yang sudah sangat basah tersebut. Tidak lama kemudian aku merasakan ada denyut-denyut di ujung batang kemaluanku dan:”Crot..crot..crot..tumpahlah seluruh iir maniku kedalam liang senggamanya.
Setelah itu kami berciuman sambil merasakan sisa-sisa nikmat yang ada dan kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya ketika bertemu, kami seolah-olah tidak merasakan sesuatu terjadi. Pembaca sekalian rupanya Mbak Ita tidak mau lagi berbicara denganku semenjak kejadian itu tapi aku terkadang masih melakukan hubungan sex ini hanya dengan Mbak Desi saja ketika saya sedang ingin atau ia sedang sangat ingin melakukannya. Sekarang saya sudah selesai kuliah dan tidak lagi tinggal dibedengan itu. Saya masih sangat merindukan untuk kembali berhubunagn sex dengan Mbak Desi atau Mbak Ita karena mereka telah membuat saya tidak virgin lagi.

Read more...

Labels

 
Pasti Nikmat © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here